Aku, cinta, dan kedamaian hati.
Kisahku terhenti pada seseorang yang hadir sebagai kebahagiaan dan belum lama ini ku sadari tak memberi luka parah dalam hatiku dan aku sebut dia "cinta terakhir remajaku".
Sekali lagi, di masa lalu aku pernah jatuh cinta. Mencintai dengan sangat, namun akhirnya harus pergi. Beberapa kali datang dan pergi seenak jidat, sampai cinta itu bermetamorfosis hanya sebagai rasa rindu akan pertemuan. Kepercayaan sirna, diiringi dengan perginya rasa yang pernah ada. Saat itu aku berpikir, kembali adalah tempat terbaik ketika ketakutan akan penyesalan hadir. Begitu berkali-kali, sampai pada ujung cerita yang hambar dan membuatku menjadi lupa rasanya mencintai. Dan jalan itu tetap ku tekuni. Iya itu terjadi beberapa waktu lalu.
"Cinta terakhir remajaku"
Waktu berlalu, dan skenario Tuhan yang tak terduga mempertemukanku dengan seseorang dengan jalan yang berbeda. Aku yakin, saat itu kami benar-benar jatuh cinta. Aku mencintainya, dan diapun mencintaiku. Rasanya begitu istimewa, ketika hal sederhana yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya, ada pada dirinya. Aku jatuh terlalu dalam sampai lupa pernah terluka. Kebahagiaan yang ia hadirkan terus membawa senyuman. Sekali air mataku tumpah karena kebingunganku sendiri. Namun semuanya kembali menjadi tawa. Tidak banyak kenangan, tidak banyak moment, tidak banyak pertemuan, terlebih tidak banyak kabar diantara aku dan dia. Tapi tetap memberiku kesenangan, membuatku tersenyum dengan sendirinya, semuanya karena cinta dan rasa percaya. Dia sosok yang luar biasa dan sangat membuatku belajar. Belajar memahami, kembali mencintai, rasa sabar, juga keyakinan dan kepercayaan. Sekalipun tanpa kabar, sekalipun begitu banyak wanita di sekelilingnya, namun tak pernah ada ragu jika ia akan pergi dengan alasan wanita lain. Saat itu yang aku tahu adalah aku mencintainya, aku selalu ingin memahaminya, aku tidak ingin dia pergi. Bersamanya, aku seperti Cinderella bersepatu kaca. Namun seperti dalam dongengnya, kebahagiaan itu tidak lama. Pada pukul 00.00 tepat tengah malam, semua keindahan dan kebahagiaan Cinderella pun musnah. Kenyataannya, sehari sebelum ulang tahunnya, ia memutuskan untuk pergi. Pergi membawa separuh hatiku.
Selepas kepergiaannya, awalnya aku memaki dalam diri, amarah membuncah dengan keputusan itu. Namun yang membuatku heran, aku tidak menangis. Saat itu, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan, dan sebuah kado sederhana yang telah aku siapkan dan perjuangkan. Namun ketika di hadapannya, semua hal itu tak dapat aku tunjukkan. Sekali lagi, ia pergi membawa separuh hatiku.
Dear.. seseorang yang teramat istimewa,
Aku telah belajar arti cinta sesungguhnya saat mencintaimu.
Seperti kata bang Tere-liye, hakikat cinta adalah melepaskan. Beberapa orang sebelum kamu, kalimat ini coba aku pahami, namun selalu aku ingkari. Tapi mengenalmu, tapi mencintaimu, benar-benar membuatku sadar kebenaran kalimat ini.
"Saat kau sudah tak ingin bersamaku, lalu untuk apa aku menahan mu tetap tinggal? Untuk apa aku memaksamu peduli, kalau sudah banyak hal yang membuatmu melupakanku? Untuk apa bertahan, kalau sudah banyak hal yang membuatmu ingin pergi? Untuk apa mencegah perpisahan, kalau sejatinya hatimu sudah tak menginginkanku?" Dan kalimat-kalimat tanya itu terus terulang di otakku.
Beberapa hari, hati ini mulai ikhlas. Fokus diri pada pengobatan dan kesehatan. Yah seiring penyembuhan fisikku, hatikupun juga ikut terobati.
Dan hari ini, detik aku menuliskan ini, aku paham mengapa aku tak menangis saat itu. Karena rasa cinta yang dengan ikhlas aku lepaskan.
Melepaskan dia, bukan berarti aku tidak mencintainya lagi. Namun inilah kebenaran kalimat bang Tere tentang hakikat cinta itu. Aku melepasnya untuk melihatnya tersenyum, aku melepasnya untuk melihat dia bahagia. Karena bersamaku, ia belum benar-benar mendapatkan kebahagiaan. Dan rasa cinta ini membuatku ingin memeliharanya.
Dear.. cinta terakhir remajaku..
Ku tutup kisahku bersamamu, aku bahagia mengenalmu, aku bahagia mencintaimu. Terima kasih telah hadir walau sejenak dan berlari tanpa hormat, terima kasih untuk waktu singkat yang membuatku kembali jatuh cinta. Aku akan menjaga cinta ini dalam hati. Ku biarkan kau menutup pintu hati, dan biarkan aku sendiri dalam damai. Sampai saatnya kau kembali menghampiriku atau hadirnya seseorang yang menggantikanmu saat ijab kabul terucap.
Kisahku terhenti pada seseorang yang hadir sebagai kebahagiaan dan belum lama ini ku sadari tak memberi luka parah dalam hatiku dan aku sebut dia "cinta terakhir remajaku".
Sekali lagi, di masa lalu aku pernah jatuh cinta. Mencintai dengan sangat, namun akhirnya harus pergi. Beberapa kali datang dan pergi seenak jidat, sampai cinta itu bermetamorfosis hanya sebagai rasa rindu akan pertemuan. Kepercayaan sirna, diiringi dengan perginya rasa yang pernah ada. Saat itu aku berpikir, kembali adalah tempat terbaik ketika ketakutan akan penyesalan hadir. Begitu berkali-kali, sampai pada ujung cerita yang hambar dan membuatku menjadi lupa rasanya mencintai. Dan jalan itu tetap ku tekuni. Iya itu terjadi beberapa waktu lalu.
"Cinta terakhir remajaku"
Waktu berlalu, dan skenario Tuhan yang tak terduga mempertemukanku dengan seseorang dengan jalan yang berbeda. Aku yakin, saat itu kami benar-benar jatuh cinta. Aku mencintainya, dan diapun mencintaiku. Rasanya begitu istimewa, ketika hal sederhana yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya, ada pada dirinya. Aku jatuh terlalu dalam sampai lupa pernah terluka. Kebahagiaan yang ia hadirkan terus membawa senyuman. Sekali air mataku tumpah karena kebingunganku sendiri. Namun semuanya kembali menjadi tawa. Tidak banyak kenangan, tidak banyak moment, tidak banyak pertemuan, terlebih tidak banyak kabar diantara aku dan dia. Tapi tetap memberiku kesenangan, membuatku tersenyum dengan sendirinya, semuanya karena cinta dan rasa percaya. Dia sosok yang luar biasa dan sangat membuatku belajar. Belajar memahami, kembali mencintai, rasa sabar, juga keyakinan dan kepercayaan. Sekalipun tanpa kabar, sekalipun begitu banyak wanita di sekelilingnya, namun tak pernah ada ragu jika ia akan pergi dengan alasan wanita lain. Saat itu yang aku tahu adalah aku mencintainya, aku selalu ingin memahaminya, aku tidak ingin dia pergi. Bersamanya, aku seperti Cinderella bersepatu kaca. Namun seperti dalam dongengnya, kebahagiaan itu tidak lama. Pada pukul 00.00 tepat tengah malam, semua keindahan dan kebahagiaan Cinderella pun musnah. Kenyataannya, sehari sebelum ulang tahunnya, ia memutuskan untuk pergi. Pergi membawa separuh hatiku.
Selepas kepergiaannya, awalnya aku memaki dalam diri, amarah membuncah dengan keputusan itu. Namun yang membuatku heran, aku tidak menangis. Saat itu, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan, dan sebuah kado sederhana yang telah aku siapkan dan perjuangkan. Namun ketika di hadapannya, semua hal itu tak dapat aku tunjukkan. Sekali lagi, ia pergi membawa separuh hatiku.
Dear.. seseorang yang teramat istimewa,
Aku telah belajar arti cinta sesungguhnya saat mencintaimu.
Seperti kata bang Tere-liye, hakikat cinta adalah melepaskan. Beberapa orang sebelum kamu, kalimat ini coba aku pahami, namun selalu aku ingkari. Tapi mengenalmu, tapi mencintaimu, benar-benar membuatku sadar kebenaran kalimat ini.
"Saat kau sudah tak ingin bersamaku, lalu untuk apa aku menahan mu tetap tinggal? Untuk apa aku memaksamu peduli, kalau sudah banyak hal yang membuatmu melupakanku? Untuk apa bertahan, kalau sudah banyak hal yang membuatmu ingin pergi? Untuk apa mencegah perpisahan, kalau sejatinya hatimu sudah tak menginginkanku?" Dan kalimat-kalimat tanya itu terus terulang di otakku.
Beberapa hari, hati ini mulai ikhlas. Fokus diri pada pengobatan dan kesehatan. Yah seiring penyembuhan fisikku, hatikupun juga ikut terobati.
Dan hari ini, detik aku menuliskan ini, aku paham mengapa aku tak menangis saat itu. Karena rasa cinta yang dengan ikhlas aku lepaskan.
Melepaskan dia, bukan berarti aku tidak mencintainya lagi. Namun inilah kebenaran kalimat bang Tere tentang hakikat cinta itu. Aku melepasnya untuk melihatnya tersenyum, aku melepasnya untuk melihat dia bahagia. Karena bersamaku, ia belum benar-benar mendapatkan kebahagiaan. Dan rasa cinta ini membuatku ingin memeliharanya.
Dear.. cinta terakhir remajaku..
Ku tutup kisahku bersamamu, aku bahagia mengenalmu, aku bahagia mencintaimu. Terima kasih telah hadir walau sejenak dan berlari tanpa hormat, terima kasih untuk waktu singkat yang membuatku kembali jatuh cinta. Aku akan menjaga cinta ini dalam hati. Ku biarkan kau menutup pintu hati, dan biarkan aku sendiri dalam damai. Sampai saatnya kau kembali menghampiriku atau hadirnya seseorang yang menggantikanmu saat ijab kabul terucap.