aku tak tahu kapan. tapi aku berfikir buruk tentangnya. berfikir kalau dia memanfaatkanku. disaat sendiri dan sesuatu hal yang bersifat "materi" dia datang padaku. menampakkan wajah lesuh seakan harus membuatku iba. lantas aku begitu mudahnya untuk luluh dihadapannya. dan sekarang? disaat dia sudah menerimanya, dia mengabaikanku. dan yang ada? hanya aku yang mencarinya. aku yang menunggunya. dan aku yang bergantung padanya. ah.. tapi aku tak mau menanam pikiran ini terlalu jauh, mungkin saja ini hanya ilusi jiwa yang dibenarkan oleh fakta dalam otakku yang berfikir rasional. yang hanya menerima alasan dari pihakku sendiri, entahlah. sebisa mungkin aku hilangkan fikiran ini.
"nam.. aku minta maaf. aku tak bisa selalu ada untukmu. aku tak bisa seperti yang lain yang bisa selalu menemanimu." aku terdiam dan aku tidak meminta kejelasan. aku berusaha mencerna kata demi kata, dan mencoba untuk memahami itu.
aku tak menuntut banyak. aku berusaha peduli padamu. aku berusaha menerima hobimu yang berlebihan. aku berusaha paham tentang kegemaranmu. aku berusaha bisa tersenyum saat kau tak ada ketika aku butuh. aku usahakan itu semua.
kadang yang aku bisa lakukan hanyalah diam. aku hanya marah dalam hati. aku tak bisa mengeluarkan semuanya. karena aku tak ingin kau kecewa.
"nam.. apakah aku tidak sesuai dengan harapanmu?"
"nam.. apakah kamu tak bahagia denganku?"
aku tak punya harapan padamu. harapan untuk kau harus menjdi seperti apa yang kuinginkan. semampuku aku akan menerimamu. menerima semua tentangmu.
dan pertanyaan kedua apakah harus aku menjawabnya? aku tak perlu menjawab. waktu telah menjawabnya bukan? jika aku tak bahagia, apakah bisa aku bertahan sejauh ini?
"nam.. aku berharap kau tak pernah bosan denganku"
harapan kita sama. aku juga berharap kebosanan itu menghampiriku. tapi ku mohon.. hadang bosan itu untukku. bendung ia agar tak sampai padaku. karena itu akan aku rasakan jika kau hanya membiarkan bosan itu menghampiriku.
berkali kali aku mencoba diam. agar kau paham apa yang aku rasakan. tapi sepertinya percuma. tak apa, biarkan aku yang merassakan semuanya. biarkan aku menangis dalam diam. tapi jujur aku tak tahan lama mendiamimu. aku merindukanmu, maafkan aku sayang..
terima kasih.. aku mencintaimu..