6 tahun yang lalu,
Tentang isi pesan ini, aku mau cerita tentang betapa memaafkan dan berdamai dengan masa lalu itu membuat hati tenang tanpa membenci.
Bagi yang tahu dia berarti sudah mengikuti bagaimana perjalanan cintaku sejak awal untuk bisa sampai tahap merelakan dan melupakan. Tidak menutup hati dan buta sekitar.
Ada cerita yang menarik dari aku dan kakak ini.
Kita dipertemukan oleh cinta yang sama, dengan kesalahpahaman. Lalu merasa dikhianati satu sama lain sebab seorang laki-laki.
Di umurku masih 18 tahun, dan dalam kondisi hubungan jarak jauh. Seperti ujian cinta ldr lainnya adalah orang ketiga. Lelaki yang membohongi dua wanita. Iya seperti itu jelasnya.
Lalu aku dibutakan dengan yang namanya perasaan. Tidak ada yang lebih sakit dibanding dikhianati, tapi selama prosesnya kami berdua memaknai memaafkan membuat kita menjadi lebih baik.
Pernah suatu ketika, lelaki itu ternyata memilih aku yang bertahun dengannya dibanding kakak ini yang hubungannya masih seumur jagung saat itu.
Lalu ketololan jatuh pada konferensi telpon bertiga, malam dimana esok hari aku akan ujian nasional. Bayangkan betapa pelajaran bisa hilang dalam semalam.
Aku yang memilih mengalah karena jauh tak berdaya, namun lelaki itu berkata ‘aku memilihmu’ dia meninggalkan kakak baik ini.
Semua berlalu, seperti biasa aku kembali bersamanya dan tidak tahu kakak ini seperti apa saat itu.
Mari kita coba kembali bangun kepercayaan ini. Gumamku waktu itu.
Di saat aku ternyata menyusulnya, ada banyak cerita dengan kakak ini. Kami bertiga berada satu kampus yang sama dan lingkungan yang sama.
Bagaimana mungkin aku bergoncengan dengannya untuk menyaksikan lelaki ‘kami’ ini tampil bernyanyi.
Bagaimana mungkin kami duduk bersampingan dan lelaki itu datang ke arah kami tapi memilih duduk disebelahku.
Saat itu aku hanya memikirkan perasaanku.
Lalu setelahnya, aku belajar.
Seperti yang ku katakan kemarin, ‘sebuah kesalahan yang dilakukan, besar kemungkinan akan terulang.’
Aku memilih kembali ke kotaku dan benar dia mengulanginya lagi dengan orang lain. Kami jadi sering bertengkar.
Saat itu aku sadar, ‘sekali kepercayaan hilang tidak ada lagi kita. Semuanya hambar dan tidak sama lagi. Upaya memperbaiki hanyalah ilusi. Luka tetap ada di dalam hati. Menjadi monster yang melampiaskan kekecewaan kepada yang datang. Kita telah hancur. Tidak ada cara lain selain berpisah.
Namun membenci tidak akan membuat hati baik, aku ingat saat terakhir bertemu dan ku katakan
‘Kita tidak bisa mencoba lagi, kita telah hilang. Kita butuh waktu masing-masing untuk sembuh. Saat proses itu, jangan pernah datang lagi. Kau boleh datang saat kenangan kita sudah bisa kita tertawakan bersama. Mungkin berbulan atau bertahun kemudian’
Singkat cerita 6 bulan kemudian, kita menjadi teman cerita. Dia bercerita tentang pasangannya yang baru, dan akupun demikian.
Tidak ada lagi benci. Meski pernah kecewa, tapi yakinlah membenci semakin membuatmu sulit melupakan. Maka setelah kecewa, minta pada tuhan untuk ditegarkan hatinya.
Seiring berjalan waktu, aku belajar memaafkan. Dengan kakak ini, aku sampaikan maaf. Begitupun dengan dia yang kini sudah bahagia dengan istrinya. 4 tahun yang mengesankan dan beri banyak pelajaran.
Tentang isi pesan ini, aku mau cerita tentang betapa memaafkan dan berdamai dengan masa lalu itu membuat hati tenang tanpa membenci.
Bagi yang tahu dia berarti sudah mengikuti bagaimana perjalanan cintaku sejak awal untuk bisa sampai tahap merelakan dan melupakan. Tidak menutup hati dan buta sekitar.
Ada cerita yang menarik dari aku dan kakak ini.
Kita dipertemukan oleh cinta yang sama, dengan kesalahpahaman. Lalu merasa dikhianati satu sama lain sebab seorang laki-laki.
Di umurku masih 18 tahun, dan dalam kondisi hubungan jarak jauh. Seperti ujian cinta ldr lainnya adalah orang ketiga. Lelaki yang membohongi dua wanita. Iya seperti itu jelasnya.
Lalu aku dibutakan dengan yang namanya perasaan. Tidak ada yang lebih sakit dibanding dikhianati, tapi selama prosesnya kami berdua memaknai memaafkan membuat kita menjadi lebih baik.
Pernah suatu ketika, lelaki itu ternyata memilih aku yang bertahun dengannya dibanding kakak ini yang hubungannya masih seumur jagung saat itu.
Lalu ketololan jatuh pada konferensi telpon bertiga, malam dimana esok hari aku akan ujian nasional. Bayangkan betapa pelajaran bisa hilang dalam semalam.
Aku yang memilih mengalah karena jauh tak berdaya, namun lelaki itu berkata ‘aku memilihmu’ dia meninggalkan kakak baik ini.
Semua berlalu, seperti biasa aku kembali bersamanya dan tidak tahu kakak ini seperti apa saat itu.
Mari kita coba kembali bangun kepercayaan ini. Gumamku waktu itu.
Di saat aku ternyata menyusulnya, ada banyak cerita dengan kakak ini. Kami bertiga berada satu kampus yang sama dan lingkungan yang sama.
Bagaimana mungkin aku bergoncengan dengannya untuk menyaksikan lelaki ‘kami’ ini tampil bernyanyi.
Bagaimana mungkin kami duduk bersampingan dan lelaki itu datang ke arah kami tapi memilih duduk disebelahku.
Saat itu aku hanya memikirkan perasaanku.
Lalu setelahnya, aku belajar.
Seperti yang ku katakan kemarin, ‘sebuah kesalahan yang dilakukan, besar kemungkinan akan terulang.’
Aku memilih kembali ke kotaku dan benar dia mengulanginya lagi dengan orang lain. Kami jadi sering bertengkar.
Saat itu aku sadar, ‘sekali kepercayaan hilang tidak ada lagi kita. Semuanya hambar dan tidak sama lagi. Upaya memperbaiki hanyalah ilusi. Luka tetap ada di dalam hati. Menjadi monster yang melampiaskan kekecewaan kepada yang datang. Kita telah hancur. Tidak ada cara lain selain berpisah.
Namun membenci tidak akan membuat hati baik, aku ingat saat terakhir bertemu dan ku katakan
‘Kita tidak bisa mencoba lagi, kita telah hilang. Kita butuh waktu masing-masing untuk sembuh. Saat proses itu, jangan pernah datang lagi. Kau boleh datang saat kenangan kita sudah bisa kita tertawakan bersama. Mungkin berbulan atau bertahun kemudian’
Singkat cerita 6 bulan kemudian, kita menjadi teman cerita. Dia bercerita tentang pasangannya yang baru, dan akupun demikian.
Tidak ada lagi benci. Meski pernah kecewa, tapi yakinlah membenci semakin membuatmu sulit melupakan. Maka setelah kecewa, minta pada tuhan untuk ditegarkan hatinya.
Seiring berjalan waktu, aku belajar memaafkan. Dengan kakak ini, aku sampaikan maaf. Begitupun dengan dia yang kini sudah bahagia dengan istrinya. 4 tahun yang mengesankan dan beri banyak pelajaran.
No comments:
Post a Comment