Thursday, March 27, 2014

????



                Aku selalu suka jingga, warna yang menabjubkan ketika sore hari menjelang  gelapnya malam. Perpaduan warna orange dan juga kuning berbaur dengan langit biru dan awan putih. Dan semua awal pertemuan yang ku jalani selalu indah seperti  indahnya jingga.
Seorang pria idaman wanita, yah karena aku wanita maka pantaslah aku untuk juga menyukainya. Menyukai dengan penuh kekaguman yang menurutku dia sangat berbeda dengan pria manapun yang pernah aku temui sebelumnya. Dari kejauhan aku hanya bisa melihatnya, urung waktu untuk mendekat, yah aku takut terlalu mngenal dirinya. Tapi ketakutan itu kini bermetamorfosis menjadi rasa penasaran.
 Sosok pria sempurna, itu sebutan yang aku berikan padanya. Pria berkarismatik, memiliki tubuh tinggi, ia kurus, dengan rambut berponi, juga memiliki dua lesung pipi yang begitu dalam, yah dalam segi fisik saja dia telah sempurna, tapi itu tak begitu penting. Dari sudut pandang yang berbeda aku mulai menatapnya, ia memiliki intelektual yang menakjubkan, lebih menakjubkan lagi dia adalah sosok pria pilihan yang dalam usia mudanya memiliki gelar hafidz. Dan itulah awal yang indah saat aku mengenal cinta.
Usia yang cukup belia bagiku untuk mengenal kata itu, kata yang akan membuatku terjebak, aku sudah menerima konsekuensinya. Bahwa kelak akan kembali hokum timbale balik itu, aku harus siap kehilangan. Namun belum rasanya aku merasakan kehilangan, badai di hatiku lebih dulu hadir. Kurang lebih sekitar bulan Juni 2012, hatiku hancur untuk yang pertama kalinya karena cinta. Pria yang aku cintai telah memiliki kekasih, yah perih yang kurasa, 2011 aku mengaguminya lantas beberapa bulan kemudian, ketika perasaan cintaku mulai hadir, aku kembali terjatuh.  Mencintai seseorang memang harus merasakan sakit yah. Ini masih awal perjalanan cintaku.
Namun sakit itu selalu menghilang ketika rasa cinta itu kembali hadir. Aku telah merasakan sakit mencintainya jauh sebelum aku bertemu dengannya. Saat itu aku belajar memahami cinta, cinta yang tak selamanya terus-menerus berjalan sperti skenario film layar lebar yang dapat aku atur, tapi cinta adalah berani merasakan apa yang tidak pernah dirasakan, sekalipun itu rasa sakit.
Juni, 2012.. aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya, membuat rasa cintaku itu semakin bertambah yang awalnya 50% kini menjadi 80 %. Aku kembali sadar kalau dia sudah memiliki kekasih. “aduh hati, sadar dia sudah menajdi milik orang lain” namun ia seakan tahu isi hatiku, dan dia katakana bahwa hubungannya dengan kekasihnya sudah berakhir. Hmm tapi ternyata tidak, dia berbohong, dan ini pertama kali aku merasakan sakit dibohongi. Dan tololnya aku, tidak bisa berbuat apapun dengan semua yang ia lakukan, bahkan aku masih mencintainya.
Waktu akan terus berputar kan? Takkan bisa dihentikan, dan ini awal kecintaanku meningkat.
28 oktober 2012, ia menyatakan perasaannya padaku, yah aku terima karena aku cinta, semua terasa berbeda aku lalui, aku semakin mencintainya, tak ingin jauh darinya walau sebenarnya sangat jauh, bahagia ku lalui hariku karenanya, dan kecemburuanku terhadapnya sungguh berlebihan yah aku sadari itu. Dan sekali lagi karena aku cinta padanya.
                Sedih, bahagia, sakit, dan semua perasaan yang tak pernah aku rasakan selama ini telah aku rasakan, mencintai dia sesederhana mungkin. Tuhan, dia begitu sempurna untuk kau izinkan  bersamaku, apakah aku pantas bersamanya? aku masih memiliki banyak kekurangan sedangkan dia? Itu gumamku pada saat itu.
                Ada sebuah pengakuan yang dia ceritakan padaku, bahkan bukan sebuah tapi banyak pengakuan. Saat itulah aku mengerti makna kesempurnaan “sempurna dapat ditinjau dari segi penglihatan dan pendengaran, namun ketika kau menggunakan perasaan, sempurna itu tidak ada” sekalipun aku menciptakan teori seperti itu, tetap saja dia masih sempurna karena ia mau jujur padaku tentang apa yang sudah terjadi padanya, dan terlebih lagi karena dia adalah seorang hafidz.
                Tujuh bulan berlalu dari 28 oktober itu, aku kehilangan dia, dia pergi meninggalkanku, dia jauh bahkan sangat jauh. Dan aku tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal bersamaku, dia pergi, melanjutkan kuliah di Universitas yang sangat aku dambakan. Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur. Umur hubungan yang begitu lama yang pernah aku rasakan, aku harus merasakan kehilangan. Saat inilah aku berusaha meningkatkan cintaku menjadi hampir 100%, aku percaya jarak bukan halangan cinta, tidak adanya pertemuan bukan penghalang bagi cinta untuk meningkat.
                Setelah kepergiaannya, aku menjalani hidup sendiri, tanpa dia, tapi dia tetap menemaniku dengan memberiku kabar melalui social media dan telpon genggam. Yah setidaknya aku masih mendengar suaranya, masih dapat melihatnya walau hanya dengan gambar. Dia pergi, mengejar cita-cita. Aku selalu berdoa untuknya, untuk terus meluruskan niat untuk belajar, tidak yang lain. Menjaga hatiku, menjaga cintaku. Dan ia berhasil melakukannya.
                Juni 2013, dia kembali  menemuiku dengan perasaan dan rupa yang tak berubah. Ya allah terima kasih kau masih mempertemukanku dengannya.  Dan saat itu ada satu ungkapan ambigu yang dia katakan “sebaiknya tidak usah ada kata pacaran” aku tidak tahu persis maksud kalimat ini, dan ternyata maksud kalimat ini adalah putus. Bodohnya aku tak pernah sadar kata itu adalah untuk mengakhiri, dan aku terus saja mencintainya, menunggunya, menghubunginya, menemuinya. Padahal yang dia inginkan adalah mengakhiri hubungan ini. Yang dapat aku pahami dari kalimat itu adalah tidak memiliki status pacaran tapi cinta tetap ada. Tapi ternyata aku salah. Aku tidak bisa lupa ketika ia menyanyikan lagu dari Ungu dan Rossa “Kupinang kau dengan Bismillah” yang membuatku menangis karena ia menyanyikannya untukku.
                Kuliah  mengharuskan ia kembali ke Malang, kembali meninggalkanku dan  semakin membuatku merasa kehilangan.  Berbagai aktivitas ia tekuni disana membuatnya sibuk dan memiliki teman-teman baru, aku merasa terancam terancam akan diabaikan dan ternyata benar. Yang paling  membuatku kaget adalah kalimat itu, ternyata dia mengatakan kepada semua orang. Betapa sakitnya hatiku, disini aku tak pernah berkata bahwa hubungan kita berakhir, namun disana dia dengan bangga mengatakannya. Jelas aku kagetlah karena aku tak pernah mengaggap hubungan kamu berakhir, namun sebagai wanita, mendengar dia tak mengakui hubungan kami lagi, akupun mengiyakan semua perkataannya, ketika ada orang lain menanyakan perihal hubunganku dengannya yah aku katakan juga seperti yang ia katakan kepada orang-orang disana. Aku dan dia sudah putus !! makanya ketika aku ditanya kapan dan mengapa? Aku tidak pernah tahu jawabannya, karena aku memang tidak mengaggap ini sudah berakhir.
                Berbagai cobaan menghampiriku, cobaan yang ia datangkan kepadaku, selalu mendengar ceritanya tentang wanita lain yang begitu mengaguminya, menceritakan hal yang tidak pernah aku lakukan bersamanya namun ia melakukannya dengan wanita lain, miris aku mendengarnya. Air mata ku semakin gampang saja menetes karena kepekaan perasaanku.
                Aku hamba Allah yang selalu berdoa diberikan kesabaran dalam menghadapi getirnya kehidupan, dan Allah mengabulkan permintaanku, menjadi wanita sabar mencintainya. Semakin hari aku merasakan perubahan pada dirinya, rassa kecewa semakin menggelebat dalam hatiku, ia berubah. Aku tak harus menuliskan semua perubahan nya disini, cukup aku yang tahu dan dia yang merasakannya. Yang jelas aku kecewa.
                27 oktober 2013, sehari sebelum  hari yang sangat membahagiakan bagiku, hanya bagiku dan tidak untuknya. Ada kejadian yang sangat menyakitkan hatiku, disaat aku mengharapkan ia mengingat tanggal 28, ia malah mengatakan hal menyakitkan bagiku kepada orang lain.
                “besok aku sudah setahun dengannya, tapi AKU TAK MENYUKAINYA” ingat sih ingat, tapi apa? Itu perkataan apa? Dengan gampang ia katakan padaku? Dan aku hanya bisa diam !
Wanita itu berkata “putuskan saja dia” lalu ia berkata “ia sudah diputuskan, mau apa lagi” wanita itu! Wanita yang amat mencintainya, telah melakukan apa yang tidak pernah aku lakukan padanya, dan lagi-lagi mendengar itu aku hanya bisa diam. Aduh hatiku, kau terbuat dari apa? Mengapa begitu sabar?  Aku masih mencintainya. Semakin hari, perubahan itu semakin nampak, aku khawatir perasaannya sudah tidak berpihak padaku lagi.
                Dua bulan berlalu, hal yang lebih menyakitkan lagi, hmm sepertinya perjalanan cinta ku menyakitkan terus yah pemirsa.. oke lanjut pada cerita berikutnya.
Yah dua bulan berlalu, dia di Malang dan aku di sini, yang tetap menjaga hatiku, menjaga perasaannya agar ia tak merasakan sakit bersamaku, walau dia pun pernah merasakan sakit hati karenaku, tapi aku berusaha menggantikan rasa kecewanya dengan selalu menjaga perasaannya, menjaga jarak dengan lelaki- lelaki yang mendekatiku. Tapi semuanya dia bayar dengan hal yang lebih “indah”. Dia membalas jasaku dengan hal yang sangat “indah”.
                Kalian percaya dengan sebuah pertemuan akan membuat kita lupa masa lalu, dan akan menghadirkan cinta yang baru? Kalau aku sangat percaya itu. Dan itu yang ia lakukan. Membuatku “sebahagia mungkin” dengan memberitahu ku tentang KEKASIH BARUnya. Sampai saat inipun aku masih menyimpan semua pesannya.
                Aku masih ingat percakapan pagi itu, 04 januari 2014
“apakah kau masih menyayangiku? Hmm pertanyaan bodoh yang sebenarnya tak perlu aku jawab.
                “apakah kau masih mencintaiku?” yang ini apalagi. Aku hanya menjawab iya.
                “maafkan aku, selama ini aku berhubungan dengan salah satu anak paduan suara” aku tidak dapat lagi mengilustrasikan bagaimana hancurnya perasaanku waktu itu, aku yang seharusnya focus dengan ujianku, malah diberi beban berfikir terlalu berat bahkan mengorbankan perasaan. Dan lagi-lagi apa yang aku lakukan? Hanya diam, diam dan diam. Menangis, menangis,dan menangis.
                Indah bukan yang ia berikan? SANGAT indah. Ini yang ia berikan untuk menghargai segala pengorbananku. Setelahnya ia meminta maaf, saat itulah aku sudah tidak peka dengan kata maaf, aku yang sudah tidak percaya lagi dengan kata maaf. Maaf terlalu mudah untuk suatu hal yang cukup membuatku tersiksa batin.
                Aku dan dia pernah berjanji, untuk tidak pacaran lagi, tapi sayang, dia mengingkari janji kita, janji yang membuatku kuat mempertahankan perasaanku. Aku tidak suka jika kau selalu pasrah dengan keadaan, aku tidak suka kau jika bilang terserah padaku, aku tidak suka kau lebih mementingkan kegiatan ekstra mu, aku tidak suka jika kau tidak cemburu, aku tidak suka jika kau bersama teman-teman wanitamu, aku tidak suka kau meninggalkan shalat dan mengajimu karena paduan suaramu yang sampai larut malam. Karena itu yang membuatmu jauh dariku, itu yang membuatmu tega melakukan itu padaku, semua karena hal yang tidak kusukai itu.
                Dia mengingkari semuanya, dia lupa dengan semua yang ia katakana padaku, tentang janji, perasaan, dan cinta. Itulah kenapa aku tidak suka dengan janji, aku takut dengan penghianatan. Aku msih setia dengan janjiku, tapi dia tidak.
                Janji kedua yang dia katakan bahwa dia tidak akan meninggalkan shalat dan mengaji lagi, dan yang ketiga, aku tidak tahu, ia telah mengingkarinya atau belum mengingkarinya, karena janji ini tak mempunyai batas. Ia berjanji padaku untuk memutuskan kekasih barunya itu,, dengan segala pertimbangan aku menyetujuinya, aku mau menjalaninya dengan sembunyi-sembunyi. Bodohkan? Semua karena cinta. Cinta membuatku bodoh hingga saat ini.
                Tiga bulan menjalani hubungan bodoh ini, yang lebih menyakitkan hati, yang lebih membuat aku tidak dihargai, tapi aku tetap saja ingin bersamanya. Bisakah kau menjauhiku? Karena aku tidak bisa. Selama tiga bulan ini semua terasa berbeda, dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu, dan aku hanya bisa berbaring menatap layar kapan pesan nya menyapaku, dan yang pasti ketika mereka telah bertemu.  Menunggu, menunggu, menunggu aku tidak bosan melakukan ini.
                Posisiku benar-benar bergeser, tentunya  setelah wanita itu. Wanita yang sangat mencintai dia juga. Yang mungkin cintanya mengalahkan cintaku, tapi aku yakin, mengapa dia belum juga memutuskan wanita itu, itu karena mereka setiap harinya membangun cinta dengan pertemuan-pertemuan yang tidak bisa aku deskripsikan seperti apa. Yang membuat mereka saling berbagi kasih, saling mengerti, hingga saling mencintai. Aku bisa apa dengan semuanya? Kalaupun aku berbuat sesuatu, tidak akan mengubah semuanya akan kembali seperti dulu. Aku benci kata terserah, tapi ini harus aku ungkapkan. Terserah dirimu saja !
                Yang selalu aku pertanyakan, mengapa dia begitu mudah mengatakan apapun yang menyakitkan padaku? Mengapa ia tega membuatku menangis dengan semua yang ia lakukan? Mengapa aku harus tahu semua yang menyakitkan? Tapi mengapa tidak dengan wanita itu? Apa wanita itu begitu berarti sehingga dia tak ingin membuat wanita itu menangis? Sakit hati menerima kenyataan sesungguhnya? Mengapa dia tidak menginggalkanku jika benar seperti itu? Mengapa dia selalu membuatku sakit dengan harapan yang ia berikan? Apa dia kasihan karena aku begitu mencintainya? Kau tidak lebih dari seorang penjahat !!
                Tidak hanya itu, masa lalunya kembali hadir, bocah kecil yang menjadi mantan kekasihnya kembali hadir, meminta ia mengembalikan kenangan nya. Akupun tidak berbuat apa-apa. Hari specialnya yang seharusnya ia bersamaku, malah bersama mantan kekasihnya itu, mengembalikan cinta anak itu untuknya. 4 februari itu sangat membahagiakan mungkin, ada tiga wanita yang masing-masing mempersiapkan hadiah terindah untuknya. Hmm hadiah dariku tak sehebat hadiah dari mereka berdua, aku justru tidak memberikan dia apa-apa.
                Beberapa hari ini, aku tak pernah menghubunginya, tapi aku tahu semua yang dia lakukan, aku tahu dari kekasihnya. Ini memang perbuatan bodoh, aku tahu dengan sakit, tapi kekasihnya tidak tahu yang selalu bercakap dengannya adalah aku.
                25 maret 2014, aku benar-benar melakukan apa yang sangat sulit aku lakukan, aku meninggalkannya, aku pergi dalam kehidupannya, entah akan kembali atau tidak. Akhir dari cerita cintaku, aku belum tahu pasti ini benar akhir atau hanya potongan cerita yang entah kapan akan aku lanjut. Aku meninggalkannya. Aku pergi dari kehidupannya. Ya allah buat aku sanggup melalui ini, buat aku tidak menyesl mengambil jalan ini.
                “ bukan karena aku sampai dititik jenuh, aku tidak ingin kau terlalu larut dengan hal yang seperti ini karena secara tidak langsung kau menyakiti dua orang sekaligus, aku sudah terbiasa dengan ini. Jujur, aku sangat menyayangimu, kau orang pertama yang aku cintai hingga membuatku  seperti  ini. Aku ingin kau berubah, sedih rasanya jika aku kembali membaca pesan-pesan  darimu dulu jika dibandingkan dengan apa yang kau lakukan sekarang? Aku tak menuntut kau harus terus mengerti perasaanku, tapi sepertinya aku memang harus menjauhimu agar dia yang menyayangimu tidak sakit hati seperti diriku, namun bukan berarti aku menjauhimu karena aku tak cinta justru karena aku mencintaimu jadi aku menjauhimu untuk beberapa waktu, aku berharap walau tanpa aku, kau masih mengingat Allah SWT, mengingat shalat dan mengaji, jangan terlalu larut dengan pergaulan dan kegiatan, manusia yang tahu agama lebih disukai oleh setan karena itu merupakan cara untuk menghancurkanmu. Hati-hati, ini merupakan bentuk menungguku yang sebenarnya walau sulit aku lakukan. Selama ini kau terlalu bergantung, karena dua orang berpihak padamu, taka pa biarkan aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Ingat makan, jaga kesehatan. Kau masih ingat janjimu kan?  TIDAK AKAN MENINGGALKAN SHALAT DAN MENGAJI. Sekali lagi aku tak pernahn lelah menunggu demi dirimu, walau sepertinya perasaanmu padaku sudah semakin hilang, aku bisa merasakannya, rasa cemburu dan sayangmu mulai berkurang. Entahlah jika masih ada, yang jelas aku merasakan ahal yang berbeda.  Dan hal itu yang mungkin mengharuskan aku pergi, karena kau tak berpihak lagi padaku, kau hanya kasihan terhadapku. Yang perlu kau tahu, yang namanya kecewa itu sakit, yang namanya perasaan dibagi itu sakit, dan yang namanya berharap itu sakit. Tapi semua itu dapat hilang karena cinta, cinta yang membuatku sabar dengan semuanya”. Sehari setelah ini, aku menghubunginya, menceritakan apa yang terjadi padaku dan pada keluargaku. Dan dia mengalihkan pembicaraan dengan semua yang aku katakan.
                “ aku piker kau tidak akan menghubungiku lagi, mengapa kau berkata demikian? Itu hanya gurauan kan? Kau tak serius? Aku hanya dapat diam. Terakhir kali aku berkata “ apa yang aku katakan semalam itu benar, setelahnya aku mematikan telponnya, aku mendengar isak tangis, aku tidak tahu pasti apa dia benar atau tidak, aku kembali memikirkan masalahku disini.
                Setelah aku memutuskan untuk pergi, sungguh aku tak bisa seutuhnya meninggalkannya, bagaimanapun  aku menghindarinya, tak mengangkat telponnya, aku tidak bisa mendiaminya seperti ini. Tapi aku harus bisa meninggalkannya.
Aku tidak sanggup melihat wanita itu berlama-lama sakit dengan kebohonganmu, dan semuanya itu karenaku bukan? Jadi aku yang harus pergi, aku hanyalah masa lalu, dia adalah masa kini yang akan kau jalani. Aku juga tak sanggup melihatmu sendiri menungguku di kota Malang itu, biarlah aku yang mengalah. Menjaga perasaanku yang amat jauh darimu, biarlah aku belajar mencintaimu dari kejauhan, belajar mencintaimu dengan kesabaran tanpamu.

No comments:

Post a Comment