Untuk seseorang, yang dulu membuatku jatuh cinta dengan indahnya..
Untuk lelaki sederhana yang dulu membawaku pada cinta yang luar biasa..
Aku jatuh cinta pada hatimu yang suci, aku terpesona pada lantunan firman allah yang keluar dari lisanmu..
Benar, aku jatuh sejatuh-jatuhnya. Tak ada keinginan untuk lebih dari sekedar melihatmu saja. Tak ada hasrat untuk memilikimu. Dulu~
Cintaku hanya sebatas tulisan pada lembaran-lembaran kertas usang, tak bermakna apapun bagimu. Tapi amat besar bagiku. Perasaan yang hanya Allah dan aku yang tahu. Sampai pada aku mulai berharap, berharap lebih dekat dengan mu. Dan tuhan mengabulkannya. Aku tak berpikir sama sekali, ini ujian ataukah jalan tuhan. Yang aku tahu ini adalah hadiah. Hadiah yang sangat indah. Saat aku belum mengerti arti cinta dalam islam. Aku hanya mengandalkan perasaan. ~
Disaat orang lain jatuh cinta dengan kelebihan lelaki dalam hal duniawi, aku lebih tertarik pada sosok lelaki sederhana dimata manusia, tapi punya derajat tinggi dimata Allah. Tenang rasanya cinta itu terjaga.
Dulu aku tak mengharap perhatian, cemburupun tidak. Yang selalu aku harapkan adalah pelajaran untuk menambah wawasan agamaku. Dan benar aku semakin banyak tahu darinya. Semua ilmu yang dia ajarkan masih aku ingat, karena ini yang membuatku semakin mencintainya.
Aku merasa menjadi hamba yang beruntung didekatkan pada lelaki yang seperti ini, tampa aku sadari bahwa dia adalah ujian untukku, dan aku adalah ujian untuknya.
Singkat cerita~
Kedekatan semakin terjalin tanpa sadar ada dosa yang terus mengalir. Ampuni aku ya allah.
Cintaku yang suci masih terjaga sampai saat dia lari dari zona yang membuatku bertahan. Dan rasa sakit yang benar-benar pedih pun aku rasakan. Rasa cemburu, marah, semuanya bercampur aduk. Mungkin ini akibat aku tak menghalau rasa ingin dekat dengannya. Luar biasa sakitnya, air mata ku pun tak mampu menahannya sampai ia tumpah, dan akan terus tumpah jika mengingatnya, bahkan saat ini.
Sejak saat itu, entah dia banyak berubah, bukan lagi lelaki yang membuatku jatuh cinta. Dan semenjak itu rasa percaya itu hilang dan rasa cemburu itu semakin tebal menempel dalam hati.
Dan harapanku pun berubah menjadi keinginan untuk selalu diperhatikan. Aku sudah merasa selalu ada cinta lain untuknya, aku jadi orang yang curigaan. Ah tipikal wanita yang buruk.
Ya rabb, bantu aku menjadi lebih baik.
Sampai saat ini, hanya ada satu harapan. Bukan lagi tentang ilmu agama, bukan lagi tentang petuah-petuah, nasihat nasihat indah, tapi perhatian.
Lelaki itu sudah banyak berubah, jauh dari rasa cintaku dulu. Cintaku tak pudar, tak juga berkurang, tapi rasa kecewa yang bersarang dalam hatiku, membuat implementasi dari rasa cintaku tak sesuai dengan sikapku. Semuanya berlalu dan aku biarkan perubahan itu.
Namun semakin lama, semakin aku belajar, semakin banyak kecewa yang aku temui.
Menumbuhkan harapan-harapan yang mungkin akan sulit ia penuhi. Semuanya jadi serba salah. Aku tak tahu bagaimana lagi, aku tak ingin sok pintar di hadapannya dengan banyak menuntut berdalih islam yang notabenenya ia lebih ketahui dariku. Aku juga tidak lebih baik darinya. Tapi aku harus bagaimana? Tak peduli? Semakin aku tak peduli semakin besar rasa sakit yang aku rasakan. Ya allah aku harus bagaimana? Atau saat ini aku harus mengubur segala harapan-harapan itu? Apakah ini jalan dari Allah untuk berhenti ? Entahlah~ aku masih menyayanginya.
Selalu ada kegelisahan dan air mata yang ia berikan, selalu ada rasa kecewa dan kesakitan yang ia tuangkan, tapi kenapa aku bertahan?
Perubahannya membuatku resah, ada rasa ingin menyerah, putus asa. Tapi bukannya berdakwah itu mengajak bukan meninggalkan? Apa cara ini salah? Apa aku terlalu membangun harapan dengannya? Lalu aku harus bagaimana?
Aku selalu merasa, hanya aku yang mencintai, hanya aku yang berjuang, hanya aku yang bertahan, hanya aku yang ingin menjadi lebih baik untuknya, hanya aku yang berjalan sendiri dengan kaki pincang tanpa ada dia yang memberiku satu kakinya untuk jalan bersama. Apa yang aku rasakan ini salah?
Setiap kalimat yang aku katakan padanya hanya gurauan, tak ada keinginan dan usaha untuk melakukannya. Bahkan janji yang ia katakan sendiripun mungkin sudah lelah dia jaga. Dia ingin bebas, seperti burung yang terbang kemana saja dan melakukan apa saja Tanpa hambatan tanpa halangan, apalagi jika hambatan dan halangan itu datangnya dari aku. Katanya aku hanya harus menunggu perubahannya kembali. Dengan kalimat nanti nanti nanti dan nanti. Entah nanti itu kapan? Maka untuk apa aku bertahan? Kalau tanpa ada aku pun ia bahagia. Dia tak butuh aku. Banyak wanita yang menginginkannya. Untuk apa dia bergantung pada 1 wanita saja? Kalimat pesimis yang selalu terngiang di kepalaku.
Dear lelaki istimewa yang ditakdirkan tuhan,
Hidup kita tak akan lebih dari umur-umur nabi nabi sebelum nabi Muhammad SAW, sampa kapan kita menunggu datangnya kebaikan yang diberikan Allah? Padahal kau tahu semuanya, tapi kenapa kau seakan membenci ilmu yang kau ketahui?
Kapan ? Adalah kata tanya yang tak memiliki batas, tapi usia kita selalu memiliki batas. Ketika Allah menakdirkan kematian bagi hambanya maka tidak ada yang dapat menahannya.
Allah menjanjikan jubah kemuliaan untuk kedua orang tua seorang hamba yang di hatinya terjaga firmanNya kan? Lalu kapan istiqomah untuk menjaganya?
Semua yang aku harapkan hanya untuk kebaikanmu, bukan semata-mata keegoisanku.
Adakah usaha untuk menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti gaya hidup orang lain yang terlalu memprioritaskan dunia?
Banyak orang yang bangga ketika ia terkenal dengan cara yang banyak dilakukan oleh orang lain. Apa yang perlu dibanggakan dari hal yang orang lain juga bisa lakukan. Terlebih memberi banyak dampak negatif. Maaf aku tidak tertarik dengan yang seperti ini. Meningkatkan popularitas, ujub, menerima banyak sanjungan, pujian, bukannya ini ujian penyakit hati ya?
Dear lelaki yang berparas tampan,
Maafkan aku yang terlalu banyak menuntut mu seperti yang aku inginkan. Tapi Bukankah itu hakikat cinta? Seperti yang temanmu katakan berkaitan dengan lagu -tulus-jangan cintai aku apa adanya- dia katakan kalau cinta harusnya menuntut kan? Agar ada perubahan, dan kau setuju dengan itu. Tapi kenapa sekarang kau berbicara lain? Banyak kata, kalimat, yang sekarang berbalik dari pro menjadi kontra. Entah kau kenapa.
Dear lelaki yang diidamkan wanita,
Bisakah kau berkata dengan kalimat lembut agar aku tak terluka lagi?
Tolong jangan ucapkan lagi kalimat yang mengatakan aku berlebihan, karena itu membuatku terluka.
Tolong jangan selalu pasrah dengan sebuah kesalahan.
Dear lelaki yang dulu membuatku jatuh cinta,
Maukah kau kembali membuatku jatuh cinta?
Apa yang harus aku lakukan? Pergi atau bertahan?
Jika bertahan, apa harapan yang akan membuatku terus bertahan?
No comments:
Post a Comment