Aku selalu suka jingga, warna
yang menabjubkan ketika sore hari menjelang
gelapnya malam. Perpaduan warna orange dan juga kuning berbaur dengan
langit biru dan awan putih. Dan semua awal pertemuan yang ku jalani selalu
indah seperti indahnya jingga.
Seorang pria idaman wanita, yah karena aku
wanita maka pantaslah aku untuk juga menyukainya. Menyukai dengan penuh
kekaguman yang menurutku dia sangat berbeda dengan pria manapun yang pernah aku
temui sebelumnya. Dari kejauhan aku hanya bisa melihatnya, urung waktu untuk
mendekat, yah aku takut terlalu mngenal dirinya. Tapi ketakutan itu kini
bermetamorfosis menjadi rasa penasaran.
Sosok
pria sempurna, itu sebutan yang aku berikan padanya. Pria berkarismatik,
memiliki tubuh tinggi, ia kurus, dengan rambut berponi, juga memiliki dua
lesung pipi yang begitu dalam, yah dalam segi fisik saja dia telah sempurna,
tapi itu tak begitu penting. Dari sudut pandang yang berbeda aku mulai
menatapnya, ia memiliki intelektual yang menakjubkan, lebih menakjubkan lagi
dia adalah sosok pria pilihan yang dalam usia mudanya memiliki gelar hafidz.
Dan itulah awal yang indah saat aku mengenal cinta.
Usia yang cukup belia bagiku untuk mengenal
kata itu, kata yang akan membuatku terjebak, aku sudah menerima konsekuensinya.
Bahwa kelak akan kembali hokum timbale balik itu, aku harus siap kehilangan.
Namun belum rasanya aku merasakan kehilangan, badai di hatiku lebih dulu hadir.
Kurang lebih sekitar bulan Juni 2012, hatiku hancur untuk yang pertama kalinya
karena cinta. Pria yang aku cintai telah memiliki kekasih, yah perih yang
kurasa, 2011 aku mengaguminya lantas beberapa bulan kemudian, ketika perasaan
cintaku mulai hadir, aku kembali terjatuh. Mencintai seseorang memang harus merasakan
sakit yah. Ini masih awal perjalanan cintaku.
Namun sakit itu selalu menghilang ketika rasa
cinta itu kembali hadir. Aku telah merasakan sakit mencintainya jauh sebelum
aku bertemu dengannya. Saat itu aku belajar memahami cinta, cinta yang tak
selamanya terus-menerus berjalan sperti skenario film layar lebar yang dapat
aku atur, tapi cinta adalah berani merasakan apa yang tidak pernah dirasakan,
sekalipun itu rasa sakit.
Juni, 2012.. aku bertemu dengannya untuk
pertama kalinya, membuat rasa cintaku itu semakin bertambah yang awalnya 50%
kini menjadi 80 %. Aku kembali sadar kalau dia sudah memiliki kekasih. “aduh
hati, sadar dia sudah menajdi milik orang lain” namun ia seakan tahu isi
hatiku, dan dia katakana bahwa hubungannya dengan kekasihnya sudah berakhir.
Hmm tapi ternyata tidak, dia berbohong, dan ini pertama kali aku merasakan
sakit dibohongi. Dan tololnya aku, tidak bisa berbuat apapun dengan semua yang
ia lakukan, bahkan aku masih mencintainya.
Waktu akan terus berputar kan? Takkan bisa
dihentikan, dan ini awal kecintaanku meningkat.
28 oktober
2012, ia menyatakan perasaannya padaku, yah aku terima karena aku cinta, semua
terasa berbeda aku lalui, aku semakin mencintainya, tak ingin jauh darinya
walau sebenarnya sangat jauh, bahagia ku lalui hariku karenanya, dan
kecemburuanku terhadapnya sungguh berlebihan yah aku sadari itu. Dan sekali
lagi karena aku cinta padanya.
Sedih, bahagia, sakit, dan semua
perasaan yang tak pernah aku rasakan selama ini telah aku rasakan, mencintai
dia sesederhana mungkin. Tuhan, dia begitu sempurna untuk kau izinkan bersamaku, apakah aku pantas bersamanya? aku
masih memiliki banyak kekurangan sedangkan dia? Itu gumamku pada saat itu.
Ada sebuah pengakuan yang dia
ceritakan padaku, bahkan bukan sebuah tapi banyak pengakuan. Saat itulah aku
mengerti makna kesempurnaan “sempurna dapat ditinjau dari segi penglihatan dan
pendengaran, namun ketika kau menggunakan perasaan, sempurna itu tidak ada”
sekalipun aku menciptakan teori seperti itu, tetap saja dia masih sempurna
karena ia mau jujur padaku tentang apa yang sudah terjadi padanya, dan terlebih
lagi karena dia adalah seorang hafidz.
Tujuh bulan berlalu dari 28
oktober itu, aku kehilangan dia, dia pergi meninggalkanku, dia jauh bahkan
sangat jauh. Dan aku tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal bersamaku, dia
pergi, melanjutkan kuliah di Universitas yang sangat aku dambakan. Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur. Umur hubungan yang begitu lama yang pernah aku
rasakan, aku harus merasakan kehilangan. Saat inilah aku berusaha meningkatkan
cintaku menjadi hampir 100%, aku percaya jarak bukan halangan cinta, tidak
adanya pertemuan bukan penghalang bagi cinta untuk meningkat.
Setelah kepergiaannya, aku
menjalani hidup sendiri, tanpa dia, tapi dia tetap menemaniku dengan memberiku
kabar melalui social media dan telpon genggam. Yah setidaknya aku masih
mendengar suaranya, masih dapat melihatnya walau hanya dengan gambar. Dia
pergi, mengejar cita-cita. Aku selalu berdoa untuknya, untuk terus meluruskan
niat untuk belajar, tidak yang lain. Menjaga hatiku, menjaga cintaku. Dan ia
berhasil melakukannya.
Juni 2013, dia kembali menemuiku dengan perasaan dan rupa yang tak
berubah. Ya allah terima kasih kau masih mempertemukanku dengannya. Dan saat itu ada satu ungkapan ambigu yang dia
katakan “sebaiknya tidak usah ada kata pacaran” aku tidak tahu persis maksud
kalimat ini, dan ternyata maksud kalimat ini adalah putus. Bodohnya aku tak
pernah sadar kata itu adalah untuk mengakhiri, dan aku terus saja mencintainya,
menunggunya, menghubunginya, menemuinya. Padahal yang dia inginkan adalah
mengakhiri hubungan ini. Yang dapat aku pahami dari kalimat itu adalah tidak
memiliki status pacaran tapi cinta tetap ada. Tapi ternyata aku salah. Aku
tidak bisa lupa ketika ia menyanyikan lagu dari Ungu dan Rossa “Kupinang kau
dengan Bismillah” yang membuatku menangis karena ia menyanyikannya untukku.
Kuliah mengharuskan ia kembali ke Malang, kembali
meninggalkanku dan semakin membuatku
merasa kehilangan. Berbagai aktivitas ia
tekuni disana membuatnya sibuk dan memiliki teman-teman baru, aku merasa
terancam terancam akan diabaikan dan ternyata benar. Yang paling membuatku kaget adalah kalimat itu, ternyata
dia mengatakan kepada semua orang. Betapa sakitnya hatiku, disini aku tak
pernah berkata bahwa hubungan kita berakhir, namun disana dia dengan bangga
mengatakannya. Jelas aku kagetlah karena aku tak pernah mengaggap hubungan kamu
berakhir, namun sebagai wanita, mendengar dia tak mengakui hubungan kami lagi,
akupun mengiyakan semua perkataannya, ketika ada orang lain menanyakan perihal
hubunganku dengannya yah aku katakan juga seperti yang ia katakan kepada
orang-orang disana. Aku dan dia sudah putus !! makanya ketika aku ditanya kapan
dan mengapa? Aku tidak pernah tahu jawabannya, karena aku memang tidak
mengaggap ini sudah berakhir.
Berbagai cobaan menghampiriku,
cobaan yang ia datangkan kepadaku, selalu mendengar ceritanya tentang wanita
lain yang begitu mengaguminya, menceritakan hal yang tidak pernah aku lakukan
bersamanya namun ia melakukannya dengan wanita lain, miris aku mendengarnya.
Air mata ku semakin gampang saja menetes karena kepekaan perasaanku.
Aku hamba Allah yang selalu
berdoa diberikan kesabaran dalam menghadapi getirnya kehidupan, dan Allah
mengabulkan permintaanku, menjadi wanita sabar mencintainya. Semakin hari aku
merasakan perubahan pada dirinya, rassa kecewa semakin menggelebat dalam
hatiku, ia berubah. Aku tak harus menuliskan semua perubahan nya disini, cukup
aku yang tahu dan dia yang merasakannya. Yang jelas aku kecewa.
27 oktober 2013, sehari
sebelum hari yang sangat membahagiakan
bagiku, hanya bagiku dan tidak untuknya. Ada kejadian yang sangat menyakitkan
hatiku, disaat aku mengharapkan ia mengingat tanggal 28, ia malah mengatakan
hal menyakitkan bagiku kepada orang lain.
“besok aku sudah setahun dengannya,
tapi AKU TAK MENYUKAINYA” ingat sih ingat, tapi apa? Itu perkataan apa? Dengan
gampang ia katakan padaku? Dan aku hanya bisa diam !
Wanita itu
berkata “putuskan saja dia” lalu ia berkata “ia sudah diputuskan, mau apa lagi”
wanita itu! Wanita yang amat mencintainya, telah melakukan apa yang tidak
pernah aku lakukan padanya, dan lagi-lagi mendengar itu aku hanya bisa diam.
Aduh hatiku, kau terbuat dari apa? Mengapa begitu sabar? Aku masih mencintainya. Semakin hari,
perubahan itu semakin nampak, aku khawatir perasaannya sudah tidak berpihak
padaku lagi.
Dua bulan berlalu, hal yang
lebih menyakitkan lagi, hmm sepertinya perjalanan cinta ku menyakitkan terus
yah pemirsa.. oke lanjut pada cerita berikutnya.
Yah dua
bulan berlalu, dia di Malang dan aku di sini, yang tetap menjaga hatiku,
menjaga perasaannya agar ia tak merasakan sakit bersamaku, walau dia pun pernah
merasakan sakit hati karenaku, tapi aku berusaha menggantikan rasa kecewanya
dengan selalu menjaga perasaannya, menjaga jarak dengan lelaki- lelaki yang
mendekatiku. Tapi semuanya dia bayar dengan hal yang lebih “indah”. Dia
membalas jasaku dengan hal yang sangat “indah”.
Kalian percaya dengan sebuah
pertemuan akan membuat kita lupa masa lalu, dan akan menghadirkan cinta yang
baru? Kalau aku sangat percaya itu. Dan itu yang ia lakukan. Membuatku
“sebahagia mungkin” dengan memberitahu ku tentang KEKASIH BARUnya. Sampai saat
inipun aku masih menyimpan semua pesannya.
Aku masih ingat percakapan pagi
itu, 04 januari 2014
“apakah kau masih menyayangiku? Hmm
pertanyaan bodoh yang sebenarnya tak perlu aku jawab.
“apakah kau masih mencintaiku?”
yang ini apalagi. Aku hanya menjawab iya.
“maafkan aku, selama ini aku
berhubungan dengan salah satu anak paduan suara” aku tidak dapat lagi
mengilustrasikan bagaimana hancurnya perasaanku waktu itu, aku yang seharusnya
focus dengan ujianku, malah diberi beban berfikir terlalu berat bahkan
mengorbankan perasaan. Dan lagi-lagi apa yang aku lakukan? Hanya diam, diam dan
diam. Menangis, menangis,dan menangis.
Indah bukan yang ia berikan?
SANGAT indah. Ini yang ia berikan untuk menghargai segala pengorbananku.
Setelahnya ia meminta maaf, saat itulah aku sudah tidak peka dengan kata maaf,
aku yang sudah tidak percaya lagi dengan kata maaf. Maaf terlalu mudah untuk
suatu hal yang cukup membuatku tersiksa batin.
Aku dan dia pernah berjanji,
untuk tidak pacaran lagi, tapi sayang, dia mengingkari janji kita, janji yang
membuatku kuat mempertahankan perasaanku. Aku tidak suka jika kau selalu pasrah
dengan keadaan, aku tidak suka kau jika bilang terserah padaku, aku tidak suka
kau lebih mementingkan kegiatan ekstra mu, aku tidak suka jika kau tidak
cemburu, aku tidak suka jika kau bersama teman-teman wanitamu, aku tidak suka
kau meninggalkan shalat dan mengajimu karena paduan suaramu yang sampai larut
malam. Karena itu yang membuatmu jauh dariku, itu yang membuatmu tega melakukan
itu padaku, semua karena hal yang tidak kusukai itu.
Dia mengingkari semuanya, dia
lupa dengan semua yang ia katakana padaku, tentang janji, perasaan, dan cinta.
Itulah kenapa aku tidak suka dengan janji, aku takut dengan penghianatan. Aku
msih setia dengan janjiku, tapi dia tidak.
Janji kedua yang dia katakan
bahwa dia tidak akan meninggalkan shalat dan mengaji lagi, dan yang ketiga, aku
tidak tahu, ia telah mengingkarinya atau belum mengingkarinya, karena janji ini
tak mempunyai batas. Ia berjanji padaku untuk memutuskan kekasih barunya itu,,
dengan segala pertimbangan aku menyetujuinya, aku mau menjalaninya dengan sembunyi-sembunyi.
Bodohkan? Semua karena cinta. Cinta membuatku bodoh hingga saat ini.
Tiga bulan menjalani hubungan
bodoh ini, yang lebih menyakitkan hati, yang lebih membuat aku tidak dihargai,
tapi aku tetap saja ingin bersamanya. Bisakah kau menjauhiku? Karena aku tidak
bisa. Selama tiga bulan ini semua terasa berbeda, dia lebih banyak menghabiskan
waktu bersama kekasihnya itu, dan aku hanya bisa berbaring menatap layar kapan
pesan nya menyapaku, dan yang pasti ketika mereka telah bertemu. Menunggu, menunggu, menunggu aku tidak bosan
melakukan ini.
Posisiku benar-benar bergeser,
tentunya setelah wanita itu. Wanita yang
sangat mencintai dia juga. Yang mungkin cintanya mengalahkan cintaku, tapi aku
yakin, mengapa dia belum juga memutuskan wanita itu, itu karena mereka setiap
harinya membangun cinta dengan pertemuan-pertemuan yang tidak bisa aku
deskripsikan seperti apa. Yang membuat mereka saling berbagi kasih, saling
mengerti, hingga saling mencintai. Aku bisa apa dengan semuanya? Kalaupun aku
berbuat sesuatu, tidak akan mengubah semuanya akan kembali seperti dulu. Aku
benci kata terserah, tapi ini harus aku ungkapkan. Terserah dirimu saja !
Yang selalu aku pertanyakan,
mengapa dia begitu mudah mengatakan apapun yang menyakitkan padaku? Mengapa ia
tega membuatku menangis dengan semua yang ia lakukan? Mengapa aku harus tahu
semua yang menyakitkan? Tapi mengapa tidak dengan wanita itu? Apa wanita itu
begitu berarti sehingga dia tak ingin membuat wanita itu menangis? Sakit hati
menerima kenyataan sesungguhnya? Mengapa dia tidak menginggalkanku jika benar
seperti itu? Mengapa dia selalu membuatku sakit dengan harapan yang ia berikan?
Apa dia kasihan karena aku begitu mencintainya? Kau tidak lebih dari seorang
penjahat !!
Tidak hanya itu, masa lalunya kembali
hadir, bocah kecil yang menjadi mantan kekasihnya kembali hadir, meminta ia
mengembalikan kenangan nya. Akupun tidak berbuat apa-apa. Hari specialnya yang
seharusnya ia bersamaku, malah bersama mantan kekasihnya itu, mengembalikan
cinta anak itu untuknya. 4 februari itu sangat membahagiakan mungkin, ada tiga
wanita yang masing-masing mempersiapkan hadiah terindah untuknya. Hmm hadiah
dariku tak sehebat hadiah dari mereka berdua, aku justru tidak memberikan dia
apa-apa.
Beberapa hari ini, aku tak pernah
menghubunginya, tapi aku tahu semua yang dia lakukan, aku tahu dari kekasihnya.
Ini memang perbuatan bodoh, aku tahu dengan sakit, tapi kekasihnya tidak tahu
yang selalu bercakap dengannya adalah aku.
25 maret 2014, aku benar-benar
melakukan apa yang sangat sulit aku lakukan, aku meninggalkannya, aku pergi
dalam kehidupannya, entah akan kembali atau tidak. Akhir dari cerita cintaku,
aku belum tahu pasti ini benar akhir atau hanya potongan cerita yang entah
kapan akan aku lanjut. Aku meninggalkannya. Aku pergi dari kehidupannya. Ya
allah buat aku sanggup melalui ini, buat aku tidak menyesl mengambil jalan ini.
“ bukan karena aku sampai
dititik jenuh, aku tidak ingin kau terlalu larut dengan hal yang seperti ini
karena secara tidak langsung kau menyakiti dua orang sekaligus, aku sudah
terbiasa dengan ini. Jujur, aku sangat menyayangimu, kau orang pertama yang aku
cintai hingga membuatku seperti ini. Aku ingin kau berubah, sedih rasanya
jika aku kembali membaca pesan-pesan
darimu dulu jika dibandingkan dengan apa yang kau lakukan sekarang? Aku
tak menuntut kau harus terus mengerti perasaanku, tapi sepertinya aku memang
harus menjauhimu agar dia yang menyayangimu tidak sakit hati seperti diriku,
namun bukan berarti aku menjauhimu karena aku tak cinta justru karena aku
mencintaimu jadi aku menjauhimu untuk beberapa waktu, aku berharap walau tanpa
aku, kau masih mengingat Allah SWT, mengingat shalat dan mengaji, jangan
terlalu larut dengan pergaulan dan kegiatan, manusia yang tahu agama lebih
disukai oleh setan karena itu merupakan cara untuk menghancurkanmu. Hati-hati,
ini merupakan bentuk menungguku yang sebenarnya walau sulit aku lakukan. Selama
ini kau terlalu bergantung, karena dua orang berpihak padamu, taka pa biarkan
aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Ingat makan, jaga kesehatan. Kau masih ingat
janjimu kan? TIDAK AKAN MENINGGALKAN
SHALAT DAN MENGAJI. Sekali lagi aku tak pernahn lelah menunggu demi dirimu,
walau sepertinya perasaanmu padaku sudah semakin hilang, aku bisa merasakannya,
rasa cemburu dan sayangmu mulai berkurang. Entahlah jika masih ada, yang jelas
aku merasakan ahal yang berbeda. Dan hal
itu yang mungkin mengharuskan aku pergi, karena kau tak berpihak lagi padaku,
kau hanya kasihan terhadapku. Yang perlu kau tahu, yang namanya kecewa itu
sakit, yang namanya perasaan dibagi itu sakit, dan yang namanya berharap itu
sakit. Tapi semua itu dapat hilang karena cinta, cinta yang membuatku sabar
dengan semuanya”. Sehari setelah ini, aku menghubunginya, menceritakan apa yang
terjadi padaku dan pada keluargaku. Dan dia mengalihkan pembicaraan dengan
semua yang aku katakan.
“ aku piker kau tidak akan
menghubungiku lagi, mengapa kau berkata demikian? Itu hanya gurauan kan? Kau
tak serius? Aku hanya dapat diam. Terakhir kali aku berkata “ apa yang aku
katakan semalam itu benar, setelahnya aku mematikan telponnya, aku mendengar
isak tangis, aku tidak tahu pasti apa dia benar atau tidak, aku kembali
memikirkan masalahku disini.
Setelah aku memutuskan untuk
pergi, sungguh aku tak bisa seutuhnya meninggalkannya, bagaimanapun aku menghindarinya, tak mengangkat telponnya,
aku tidak bisa mendiaminya seperti ini. Tapi aku harus bisa meninggalkannya.
Aku tidak sanggup melihat wanita itu
berlama-lama sakit dengan kebohonganmu, dan semuanya itu karenaku bukan? Jadi
aku yang harus pergi, aku hanyalah masa lalu, dia adalah masa kini yang akan
kau jalani. Aku juga tak sanggup melihatmu sendiri menungguku di kota Malang
itu, biarlah aku yang mengalah. Menjaga perasaanku yang amat jauh darimu,
biarlah aku belajar mencintaimu dari kejauhan, belajar mencintaimu dengan
kesabaran tanpamu.